DEMI TOLERANSI DEMI PLURALISME
ESAI-ESAI UNTUK MERAYAKAN 65 TAHUN M. DAWAM RAHARDJO
Dengan mantap, Gus Dur menyampaikan kete gasan sikapnya. Gus Dur menyampaikan bahwa negara kita bukan negara Islam, tetapi negara hukum. Hak setiap warga untuk ber ibadat sesuai dengan keyakinannya dilindungi oleh Undang Undang Dasar kita. MUI tidak berhak untuk menyatakan sebuah keyakinan sesat dan dilarang. Yang berhak melakukan itu hanya Mahkamah Agung. Gus Dur juga meminta Presiden untuk menghentikan subsidi kepada MUI. Dan Gus Dur mengancam akan terus melakukan perlawanan.
Buku ini berisi kado karangan yang ditulis para kolega, teman, murid dan simpatisan M. Dawam Rahardjo, dalam rangka perayaan ulang tahunnya yang ke-65, yang jatuh pada 20 April 2007 ini. Dawam pada saat yang sama adalah seorang cendekiawan dan aktivis, seseorang dengan latar belakang pendidikan ekonomi yang menulis perihal al-Qurโan seperti seorang mufasir andal, seseorang yang piawai statistik tapi juga sastrawan dan seniman. Kiprahnya mulai diendus publik nasional sekurangkurangnya sejak awal 1970-an, ketika ia memutuskan untuk menghentikan karirnya yang menjanjikan di Bank of America dan pindah untuk menjadi peneliti pada Lembaga untuk Penelitian dan Pendidikan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Jakarta. Sejak itu namanya terus erat terkait dengan perkembangan dunia kecedekiawanan dan aktivisme politik dan ekonomi di tanah air, khsusnya sehubungan dengan pergulatan nya di dunia LSM dan civil society secara umum.
Maka menyiapkan kado kumpulan karangan untuk ulang tahun Dawam bukan pekerjaan gampang. Kami hanya berharap, mudah-mudahan keluasan dan kedalaman minatnya tercermin dalam bera gam tema yang dikupas di sini: negara, ekonomi, gender, studi perda maian, dialog antaragama, religiusitas, dan seterusnyaโ juga, tentu saja, al-Qurโan dan tafsirnya. Semuanya diikat oleh kehendak bersama untuk menegakkan toleransi dan pluralisme, yang membuat sosok Dawam belakangan ini, di tengah kondisi kesehatannya yang kurang mendukung, tetap berkibar.
Karangan-karangan di dalam buku ini kami bagi ke dalam lima bagian. Bagian I secara ringkas menyajikan riwayat hidup Dawam, yang dipersiapkan Tim Redaksi buku ini. Bagian II berisi kesan-kesan mengenai Dawam yang ditulis oleh kawan, kolega dan murid-muridnya. Karangan-karangan pada Bagian III berbicara mengenai beberapa segi intelektualisme dan aktivisme Dawam dan relevansi kontemporernya. Sementara itu, Bagian IV berisi esaiesai bebas yang ditulis untuk merayakan ulang tahun Dawam, yang sedikit-banyak juga mencerminkan tema-tema yang biasa dipikirkan Dawam. Akhirnya, pada Bagian V, kami muat dua karya terbaru Dawam yang belum sempat diterbitkan.
Dengan sendirinya banyak kekurangan dalam buku ini, yang terus terang kami siapkan agak tergesa-gesa. Tapi kami ingin minta maaf khususnya untuk satu hal penting: para penulis buku ini hampir seluruhnya laki-lakiโpengecualiannya hanya Siti Musdah Mulia. Karena beragam alasan, para calon kontributor perempuan yang kami hubungi entah menyatakan tidak bersedia menulis atau bersedia tapi mundur di tengah jalan.
Akhirnya sampailah kami pada tahap yang paling membahagiakan: berterimakasih kepada semua pihak yang turut membantu suksesnya proyek ini. Pertama-tama tentu kepada para penulis karangan dalam buku ini. Selain mengucapkan banyak terimakasih, kepada mereka kami juga ingin minta ampun jika kami, atau โagen-agenโ kami, terlalu rajin meneror mereka untuk menyelesaikan tulisan. Mudah-mudahan pengorbanan mereka terbayar dengan terbitnya buku iniโsebuah kado untuk Dawam yang sama-sama kita hormati dan kasihi. Selanjutnya, buku ini tidak mungkin bisa kami terbitkan tanpa bantuan lembaga-lembaga berikut: Lembaga Studi Agama dan Filsafat (LSAF), International Center for Islam and Pluralism (ICIP), Freedom Institute, Indonesian Institute for Society Empowerment (INSEP) dan Penerbit Alvabet, Indonesian Conference for Religion and Peace (ICRP), Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Universitas Paramadina (PSIK, UPM), Perhimpunan untuk Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), dan LP3ES. Kepada sejumlah individu, kami juga ingin mengucapkan terimakasih: Amanda Suharnoto, Anies Baswedan, Hamid Basyaib, Jamal D. Rahman, Jamhari, Rani Anggraeni Dewi, Rizal Mallarangeng, Saiful Mujani, dan Utomo Danandjaya. Yang paling akhir, kami bertiga benar-benar harus berterimakasih khususnya kepada rekan-rekan muda di Yayasan Paramadina dan LSAF, yang telah membantu segala sesuatunya sehubungan dengan proyek ini: Achmad Mahromi, Achmad Rifky, Asep Gunawan, Komala Dewi, Miftah Zaini, Mohamad Iqbal, Mohamad Monib, Saidiman, dan Suryani Firdaus.
Kepada Mas Dawam: Selamat Ulang Tahun! Semoga Panjang Umur!
Ihsan Ali-Fauzi
Syafiq Hasyim
J.H. Lamardy